- Home »
- Sains, Asumsi dan Pendekatan
Unknown
On Rabu, 12 Maret 2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Hampir setengah abad yang lalu, Vessel (1965:2) memberikan pendapat
bahwa “science is what scientists do”. Sains adalah apa yang dikerjakan
para ahli Sains (saintis). Setiap penemuan dari setiap aspek dari lingkungan sekitar
mampu menjadikan seseorang dapat mengukurnya sebaik mungkin, mengumpul dan
menilai data dari hasil penelitiannya dengan hati-hati dan terbuka. Pada bagian
lain, Vessel (1965:3) mengemukakan bahwa “science is an intellectual search
involving inquiri, rational trough, and generalization”. Hal itu mencakup
tehnik Sains yang sering disebut sebagai proses Sains. Sedangkan hasilnya yang
berupa fakta-fakta dan prinsip biasa disebut dengan produk Sains. Dalam proses
sains inilah kita tidak dapat memisahkan asumsi dengan pendekatan serta
metode-metode yang digunakannya guna mendapatkan produk sains yang berkualitas.
Maka dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang “Sains, Asumsi dan Pendekatan, Metode Sains
dan Metode Ilmiah”.
2.
Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang akan menjadi batasan
masalah adalah sebagai berikut:
1.
Apa itu sains?
2.
Apa yang
dimaksud dengan asumsi dan pendekatan?
3.
Bagaimanakah
bentuk dari metode sains?
4.
serta
Bagaimanakah kriteria dari metode ilmiah?
3.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas maka penulis berkesimpulan bahwa yang menjadi tujuan penulisan
yaitu:
1.
Penulis maupun
pembaca mengerti tentang sains.
2.
Penulis maupun
pembaca memahami tentang asumsi dan pendekatan.
3.
Penulis maupun
pembaca mampu memahami bentuk metode sains dan kriteria dalam metode ilmiah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Sains
Kata sains berasal dari
bahasa Latin scientia yang berarti "pengetahuan" atau
"mengetahui". Dari kata ini terbentuk kata science (Inggris).
Sains dalam pengertian
sebenarnya adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai fenomena alam
sehingga rahasia yang dikandungnya dapat diungkap dan dipahami. Budi (1998) menyatakan bahwa Sains itu adalah suatu cara atau
metode untuk mengamati alam. Budi juga menjelaskan bahwa cara sains mengamati
dunia bersifat analisis, lengkap, cermat serta menghubungkan antara satu
fenomena dengan fenomena lain, sehingga keseluruhannya membentuk suatu
prespektif yang baru tentang objek yang diamatinya. Robert B. Sund (1989)
mengemukakan tiga karakteristik utama Sains yaitu:
1. Memandang bahwa setiap orang
mempunyai kewenangan untuk menguji validitas (kesahihan) prinsip dan teori
ilmiah. Meskipun kelihatan logis dan dapat dijelaskan secara hipotesis, teori dan
prinsip hanya berguna jika sesuai dengan kenyataan yang ada.
2. Memberi pengertian adanya hubungan
antara fakta-fakta yang di observasi yang memungkinkan penyusunan prediksi
sebelum sampai pada kesimpulan.
3. Memberi makna bahwa teori Sains
bukanlah kebenaran yang akhir tetapi akan berubah atas dasar perangkat
pendukung teori tersebut. Hal ini memberi penekanan pada kreativitas dan
gagasan tentang perubahan yang telah lalu dan kemungkinan perubahan di masa
depan, serta pengertian tentang perubahan itu sendiri.
Budi (1998) mengutip beberapa pendapat para ahli dan
mengemukakan beberapa rincian hakikat Sains, diantaranya:
1. Sains adalah bangunan atau deretan
konsep dan skema konseptual (conceptual scheme) yang Saling berhubungan sebagai
hasil eksperimentasi dan observasi (Conant, dalam Kuslan dan Stone, 1978).
2. Sains adalah bangunan pengetahuan
yang diperoleh dengan menggunakan metode observasi (Vessel, 1975).
3. Sains adalah suatu sistem untuk
memahami alam semesta melalui data yang dikumpulkan, melalui observasi atau
eksperimen dan yang dikontrol (Carin and Sund, 1989).
4. Sains adalah aktivitas pemecahan
masalah oleh manusia yang termotivasi oleh keingintahuan akan alam di
sekelilingnya dan keinginan untuk memahami, menguasai, dan mengelolanya demi
memenuhi kebutuhan (Dawson, 1984).
Jika dicermati ada dua aspek penting dari definisi-definisi
tersebut yakni langkah-langkah yang ditempuh dalam memahami alam (proses Sains)
dan pengetahuan yang dihasilkan berupa fakta, prinsip, konsep, dan teori (produk
Sains). Kedua aspek tersebut harus didukung oleh sikap Sains (sikap ilmiah)
berupa keyakinan akan nilai yang harus dipertahankan ketika mencari atau
mengembangkan pengetahuan baru.
Sains memiliki
ciri-ciri tertentu. Menurut Robert
B. Sund. (1989) beberapa ciri sains tersebut adalah sebagai berikut:
- Objek kajiannya sains berupa benda-benda konkret
- Sains mengembangkan pengalaman-pengalaman empiris
- Sains menggunakan langkah-langkah sistematis
- Hasil/produk sains bersifat objektif
- Sains menggunakan cara berpikir logis
- Hukum-hukum yang dihasilkan sains bersifat universal
2. Asumsi dan Pendekatan
2.1 Asumsi
Asumsi merupakan sebuah anggapan,
dugaan, pikiran yang dianggap benar untuk sementara sebelum ada kepastian. Ilmu
menganggap bahwa objek-objek empiris yang menjadi bidang penelaahannya
mempunyai sifat keragaman, memperlihatkan sifat berulang dan semuanya jalin-menjalin
secara teratur.
Suatu peristiwa tidaklah terjadi
secara kebetulan namun tiap peristiwa mempunyai pola tetap yang teratur. Bahwa
hujan diawali dengan awan tebal dan langit mendung, hal ini bukanlah merupakan
suatu kebetulan tetapi memang polanya sudah demikian. Kejadian ini akan
berulang dengan pola yang sama. Alam merupakan suatu sistem yang teratur yang
tunduk kepada hukum-hukum tertentu.
Secara lebih terperinci ilmu
mempunyai tiga asumsi mengenai objek empiris, yaitu:
1. Menganggap objek-objek tertentu
mempunyai keserupaan satu sama lain, umpamanya dalam hal bentuk, struktur,
sifat dan sebagainya.
2. Asumsi bahwa suatu benda tidak
mengalami perubahan dalam jangka waktu tertentu. Kegiatan keilmuan bertujuan
mempelajari tingkah laku suatu objek dalam suatu keadaan tertentu. Kegiatan ini
jelas tidak mungkin dilakukan bila objek selalu berubah-ubah tiap waktu.
3. Determinisme merupakan asumsi ilmu
yang ketiga. Kita menganggap tiap gejala bukan merupakan suatu kejadian yang
bersifat kebetulan. Tiap gejala mempunyai pola tertentu yang bersifat tetap
dengan urut-urutan kejadian yang sama. Namun seperti juga dengan asumsi
kelestarian, ilmu tidak menuntut adanya hubungan sebab akibat yang mutlak
sehingga suatu kejadian tertentu harus selalu diikuti oleh suatu kejadian yang
lain. Ilmu tidak mengemukakan bahwa X selalu mengakibatkan Y, melainkan
mengatakan X mempunyai kemungkinan (peluang) yang besar untuk mengakibatkan
terjadinya Y. Determinisme dalam pengertian ilmu mempunyai konotasi yang
bersifat peluang (probabilistik).
2.2
Pendekatan
Secara etimologis, istilah approach di dalam bahasa
Indonesia berarti ‘pendekatan’ atau ‘ancangan’, yang kemudian dalam konteks
permasalahan tertentu diartikan menjadi ‘cara pendekatan atau ancangan yang
digunakan untuk mendekati masalah tertentu. Istilah ini digunakan secara luas
di dalam ilmu-ilmu sosial, sehingga melahirkan berbagai istilah baru yang
terkait dengan istilah itu seperti social approach dan cultural
approach (yang digunakan dalam pembangunan sosial budaya), buttom-up
approach atau top down approach (yang digunakan dalam konteks
pembangunan ekonomi).
Di dalam konteks linguistik berikut ini dibicarakan secara
berturut-turut mengenai pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif dalam
studi linguistik historis komparatif.
1.
Pendekatan Kuantitatif
Pendekatan ini menggunakan cara kerja perhitungan statistik.
Pendekatan kuantitatif dikenalkan oleh linguis Amerika yang bernama Morris
Swadesh pada akhir tahun 1940-an (Crystal, 1987: 331). Adapun Keraf (1991:123) menyatakan
bahwa pada hakikatnya ada empat asumsi dasar (basic assumtion) yang melandasi
pendekatan kuantitatif, yaitu:
·
Pertama,
sebagian kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan dengan
bagian lainnya.
·
Kedua,
retensi kosa kata dasar bertahan hampir sepanjang masa (kurang lebih dalam
waktu 1000 tahun).
·
Ketiga,
perubahan kosa kata dasar terjadi relatif sama pada semua bahasa.
·
Keempat,
bila prosentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui maka dapat dihitung
waktu pisah kedua bahasa itu.
2.
Pendekatan Kualitatif
Pendekatan ini adalah pendekatan yang tidak menggunakan
dasar kerja secara statistik, tetapi berdasarkan bukti-bukti kualitatif. Yaitu
unsur inovasi bersama, baik fonologis maupun leksikal yang dimiliki oleh suatu
kelompok bahasa tertentu secara eksklusif.
Asumsi dasar pendekatan ini tentu saja terkait erat dengan
hakikat perubahan bahasa. Bahasa yang alamiah, bukan yang artifisial, pasti
mengalami perubahan dan dari perubahan itu mengimplikasikan adanya unsur
retensi dan unsur inovasi. Perubahan bahasa itu tetap bersifat historis
meskipun perubahan itu dialami oleh bahasa yang tidak mengenal sistem tulisan,
atau bahasa lisan, karena aspek yang paling mendasar dari bahasa pada dasarnya
tetap sama yaitu bunyi ujaran atau aspek fonologis.
3. Metode
Secara
etimologis, metode berasal dari kata 'met' dan 'hodes' yang berarti melalui.
Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh untuk
mencapai suatu tujuan. Sehingga 2 hal penting yang terdapat dalam sebuah metode
adalah cara melakukan sesuatu dan rencana dalam pelaksanaan. Adapun metode yang
akan kami bahas yaitu metode sains dan metode ilmiah.
3.1
Metode Sains
Jika Teori Relativitas dipandang makna filosofisnya,
maka ada banyak alternatif untuk menampakkan kebenaran dan kita tidak tahu mana
yang salah dan mana yang benar, atau mana yang mendekati kenyataan. Sehingga,
ketika orang tidak (mungkin) tahu ("know") tentang hakekat
seluruh alam, maka reali tas atau "scientific truth” menjadi kabur
dengan alasan:
·
Karena
keterbatasan ilmu manusia, maka hukum Tuhan hanya dapat dijelaskan sebatas
pengetahuan yang dikuasai.
·
Karena itu
pula, tidak ada seorang saintis yang dapat mengklaim suatu teori sains yang
paling benar secara mutlak.
·
Ungkapan yang
bisa dinyatakan adalah: ”dari bukti-bukti pengamatan saat ini, maka teori
inilah yang paling kuat, sekalipun bisa saja suatu saat ada bukti lain yang
menggugurkannya”.
·
Seseorang tidak mungkin mempunyai akses
rasional pada kebenaran universal.
Oleh karena itu observasi merupakan titik lemah dari
metode sains, karena menurut metode ini objektivitas terhadap suatu observasi
tidak mungkin begitu saja terjadi. Ditambah lagi semua orang memandang segala
hal yang ada di dalam empirik dengan mata yang dilapisi oleh "lensa"
dan setiap orang memiliki lensanya sendiri.
3.2
Metode Ilmiah
Metode ilmiah boleh dikatakan suatu
pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.
Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari
fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta
dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Menurut Almadk (Zaenal E.
Arifin, 1987), “metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis
terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran.
Supaya suatu metode yang digunakan dalam
penelitian disebut metode ilmiah, maka metode tersebut harus mempunyai kriteria
sebagai berikut:
1.
Berdasarkan fakta.
2.
Bebas dari prasangka (bias)
3.
Menggunakan prinsip-prinsip analisa.
4.
Menggunakan hipotesa
5.
Menggunakah ukuran objektif.
6.
Menggunakan teknik kuantifikasi.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Budi
menjelaskan bahwa cara sains mengamati dunia bersifat analisis, lengkap, cermat
serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain, sehingga
keseluruhannya membentuk suatu prespektif yang baru tentang objek yang
diamatinya.
Kemudian
asumsi didefinisikan sebagai sebuah anggapan, dugaan, pikiran yang dianggap
benar untuk sementara sebelum ada kepastian. Sedangkan approach di dalam
bahasa Indonesia berarti ‘pendekatan’ atau ‘ancangan’, yang kemudian dalam
konteks permasalahan tertentu diartikan menjadi ‘cara pendekatan atau ancangan
yang digunakan untuk mendekati masalah tertentu.
Adapun observasi
merupakan titik lemah dari metode sains, karena menurut metode ini objektivitas
terhadap suatu observasi tidak mungkin begitu saja terjadi.
Lucky Club Online Casino Site 2021
BalasHapusWelcome to the Lucky Club Online Casino site where you can play slots, blackjack, baccarat, live dealer casino luckyclub.live games and much more. Register now and receive